Jumat, 25 Maret 2016

Meneropong Kiprah dan Potensi Alumni Amtsilati

KOMPAK : Salah satu usaha pemberdayaan potensi alumni dengan mengadakan
perkumpulan rutin seperti dalam acara FAJAR di Pesantren Lanbulan Madura.



Tulisan ini merefleksikan akan renungan-renungan yang cukup mendalam dari beberapa hasil diskusi dengan sahabat-sahabat lama seperjuangan serta memikirkan akan masa depan yang akan kami jalani bersama-sama. Saat ini kami tertarik untuk membahas mengenai potensi dan kiprah Ikatan Santri Alumni Amtsilati.
Memang sudah banyak sekali gagasan yang dimiliki oleh para senior alumnus Amtsilati untuk membuat sebuah wadah perkumpulan alumnus Amtsilati dari daerah-daerah bersatu dan menasional. Saya konfirmasi kepada teman-teman alumni lain, ternyata mereka sudah lama ingin menggagas dan merealisasikan adanya wadah Alumni Amtsilati yang resmi secara nasional. Namun sepertinya ide hanyalah ide, sepertinya belum ada penggerak utama dalam gagasan ini.
Saya sangat menghormati dan layak diapresiasi untuk seluruh alumnus Amtsilati yang sudah mendirikan komunitas Amtsilati di daerahnya masing-masing. Ada KERAMAT Jateng, ISIM Yogjakarta, Fajar Jatim, Iksas Sunda Jabar, Amtsilati Jabodetabek, Amtsilati Bali, Lombok, Sulawesi dan beragam komunitas Amtsilati lainnya. Itu pun komunitas Amtsilati bertingkat provinsi, belum lagi saya sebutkan komunitas Amtsilati yang lebih rinci ke beberapa daerah kabupaten/kota. Bisa dikata,  Amtsilati seperti layaknya NU. Ia tumbuh dari bawah setiap ‘daerah’ (Amtsilati Daerah) bukan karena tuntutan yang menekan dari ‘atas’ (Amtsilati Pusat). Dan itulah sejatinya pergerakan dalam masyarakat yang lebih maksimal dan mudah diberikan intruksi yang efisien dan tepat.
Ada beberapa alasan dari kami menganggap penting berdirinya sebuah organisasi santri alumni Amtsilati Nasional, diantaranya :
1.    Keseragaman visi dan misi
Visi abadi santri Amtsilati adalah nasihat Abah Yai Taufiqul Hakim kepada seluruh alumni yaitu untuk terus mensyiarkan Amtsilati seluas-luasnya. Bahkan, dalam suatu forum, beliau pernah memberi wasiat kepada alumni agar mengajarkan Amtsilati seminim-minimnya kepada seluruh orang. Apa yang bisa dilakukan untuk terus mensyiarkan amtsilati seluas-luasnya ? Memang kita akui Amtsilati sukses untuk sebagian beberapa lembaga pendidikan. Namun masih banyak juga yang terlunta-lunta dalam mengembangkan Amtsilati di sebagian daerah. Amtsilati perlu terus diinovasi dan dikreasi sesuai relevansi dengan kondisi saat ini. Dalam menjembatani dua kesenjangan ini yang dibutuhkan adalah, KONEKSI. Koneksi hanya bisa terjalin dengan komunikasi dan komunikasi harus diwadahi dalam sebuah organisasi.
1.    Pemberdayaan potensi terintegrasi
Kurang lebih Amtsilati sudah 14 tahun hadir dan eksis di Nusantara ini. Sudah ribuan santri yang mempelajari Amtsilati, diwisuda dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Lalu apa yang kurang ? Ya, KONEKSI. Secanggih apapun teknologi, sehebat apapun media sosial baik Facebook, Twitter, Instagram, dll jika belum ada sebuah organisasi resmi santri alumni Amtsilati yang menasional tetap saja akan terbengkalai dan kurang optimal. Ikatan ruhani kita hanya terjangkau dengan alumni Amtsilati se-daerah saja belum bisa menjangkau se-Indonesia. Kita hanya akan berdiri masing-masing tanpa memperdulikan Amtsilati daerah lain.
Saya yakin Anda tahu tentang Jaringan Pesantren Darul Quran binaan Ustadz Yusuf Mansur dengan gagasan Indonesia Mengaji. Lalu langkah konkritnya apa ? Ust YM dan Tim menggagas jaringan Ratusan Rumah Tahfidz tersebar di seluruh daerah Indonesia. Tidak inginkah kalian membangun ratusan bahkan ribuan Rumah Amtsilati tersebar di Indonesia bahkan dunia. Mungkin jika didengar cita ini hanya imaji saja, namun saya sendiri yakin kita bisa membangun bersama.
Pemberdayaan potensi masing-masing daerah dari alumni Amtsilati perlu diintegrasikan (disatukan). Paling tidak kita dapat melihat beberapa aspek aktifitas dan ruang yang bisa menjadi modal untuk dikembangkan; Pertama, kiprah alumni yang bergerak di dunia pendidikan (pesantren, sekolah, madrasah, lembaga kursus), Kedua kiprah alumni di ranah ekonomi, Ketiga, kiprah alumni di ranah politik. Keempat, kiprah alumni dalam dunia sosial-kemasyarakatan (mubalig, aktivis budaya, aktivis sosial, penggiat LSM, tokoh masyarakat). Kelima, ruang alumni di bidang pemerintahan (departemen, lembaga tinggi negara, komisi-komisi negara). Keenam, kiprah dan ruang alumni di ruang profesional (wartawan, akademisi, profesi khusus).
Saya sendiri belum terlalu faham secara keseluruhan teman-teman alumni amtsilati lain apakah sudah berkarir di bidang apa. Apakah mereka bergerak di bidang pendidikan, ekonomi, profesional, atau pemerintahan. Memang pembahasan ini sepertinya terlalu luas. Namun kapan lagi kita akan menggagas ide yang besar atau sangat besar seperti ini.
·         MEMBACA POTENSI ALUMNI
Mari kita bahas analisa sejauh mana potensi alumni yang bisa “dimainkan” sehingga masing-masing ruang dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi alumni. Ada beberapa aspek yang kami ringkas dalam mengamati potensi alumni ini. Kita awali dari salah satu aspek menarik dan layak diperhatikan yaitu dalam ranah pendidikan.
Membaca dunia pendidikan sekarang ini sangat menarik, selain karena selalu eksis, dunia pendidikan adalah dunia pengabdian bahkan dalam ranah tertentu dapat menjadi ruang bisnis yang sangat prospek. Secara tidak langsung, ini merupakan potensi bagi alumni pesantren Amtsilati yang selama ini banyak bergerak di wilayah pendidikan, apalagi sektor pendidikan yang digarap alumni cukup bervariatif.
Ada yang mengelola pesantren, madrasah, sekolah umum, lembaga kursus, dan lain sebagainya. Tentu kita juga tidak bisa mengenal satu persatu peran alumni di setiap ruang pendidikan namun setidaknya kita bisa tahu siapa alumni yang sudah ‘sukses’ mengembangkan karirnya dan siapa yang masih merintis dan kritis. Sehingga ada sebuah sinergi terpadu yang saling memberikan keuntungan baik motivasi, ruhani, maupun finansial.
Terjun dan beradaptasi ke ranah masyarakat yang persoalannya sangat kompleks membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Disinilah peran KONEKSI. Para alumni yang sudah bertahun-tahun bergelut di ranah pendidikan seharusnya bisa memberikan stimulus dan pengalamannya kepada para alumni amtsilati Muda yang baru masuk ke bidang kemasyarakatan. Sehingga para Amtsilati Muda bisa berakselarasi dalam memahami kebutuhan masyarakat yang ditempatinya lantaran adanya komunikasi yang baik.
Jauh ke depan, para generasi Amtsilati sadar bahwa Metode Amtsilati saja belum cukup. Diperlukan sebuah ilmu Manajemen Pendidikan misalnya bagaimana memajukan dan mengembangkan kelembagaan pendidikan, SDM pendidikan, mengembangkan potensi peserta didik atau santri, pendekatan pembelajaran ter-update era masa kini seperti apa. Bagaimana memahami kebutuhan antara masyarakat desa dan kota.
Kita sudah saatnya butuh data-data berapa alumni Amtsilati, siapa alumni yang pengusaha, pendidik, aktivis sosial, tokoh, sepenuhnya masih belum bisa teridentifikasi. Kalau melihat rata-rata, maka ranah pondok pesantren lah yang mendominasi dalam hal ini, meskipun jaringan pondok pesantren yang dikelola alumni Amtsilati belum setenar atau sebagus jaringan pondok pesantren yang dikelola oleh alumni pesantren modern Gontor.
Kita juga belum membahas aspek ekonomi yang bisa dikembangkan. Aspek ini kita bisa belajar banyak dengan Ikatan Alumni Sidogiri dengan BMT-nya. Juga pengelolaan Koperasi Pesantren yang dikembangkan sendiri oleh Sidogiri menjadi Toko Basmalah yang sudah ratusan tersebar di Indonesia.
Belum lagi kita membahas potensi percetakan yang dimiliki Pesantren Amtsilati. Bagaimana mengelola bakat dan minat santri dan alumni dalam bidang jurnalistik, kepenulisan dan lain sebagainya. Bagi alumni Amtsilati yang sudah memiliki banyak tulisan dan akan dijadikan buku tidak usah bingung mau diterbitkan dimana, kita memiliki El-Falah, Percetakan Amtsilati yang sebenarnya terbuka menanti karya-karya santri untuk diterbitkan.
Belum lagi mereka para alumni Amtsilati yang menjadi penulis yang sudah mapan bisa melatih adik-adiknya untuk bersemangat menulis produktif. Makanya saya senang ada gebrakan progam baru dari Santri Illiyin dengan Seminar Jurnalistiknya, Seminar Pendidikannya, dan event-event pesantren yang sebelumnya belum pernah ada. Apalagi santri Illiyin Amtsilati pernah dikunjungi KURMA YAMAN (Santri Amtsilati yang studi di Yaman) menambah semangat kepada santri Amtsilati. Sebenarnya embrio-embrio jalinan komunikasi Amtsilati Pusat dengan Amtsilati daerah sudah mulai muncul. Tinggal bagaimana kita terus memperbaiki dan membangunnya.
Hal-hal seperti itulah yang semestinya kita perhatikan dan menjadi prioritas bagi seluruh teman-teman alumni Amtsilati. Kalau alumni-alumni Amtsilati sudah beres dengan persoalan konsolidasi dan komunikasi maka kita akan terus membangun kualitas masing-masing peran alumni, saling berbagi peran dan mensinergikannya.
            Pada akhirnya saya akhiri dulu tulisan ini dengan penuh semangat untuk mengawali hari yang cerah ini tentunya diiringi dengan ngopi atau jika kalian tidak biasa, bisa juga ngeteh di teras dan bisa sedikit siap-siap kami bisiki namun tegas bahwa :
“Gagasan Besar, Butuh Perjuangan Besar Kawan,”