Memang sudah banyak
sekali gagasan yang dimiliki oleh para senior alumnus Amtsilati untuk membuat
sebuah wadah perkumpulan alumnus Amtsilati dari daerah-daerah bersatu dan
menasional. Saya konfirmasi kepada teman-teman alumni lain, ternyata mereka
sudah lama ingin menggagas dan merealisasikan adanya wadah Alumni Amtsilati
yang resmi secara nasional. Namun sepertinya ide hanyalah ide, sepertinya belum
ada penggerak utama dalam gagasan ini.
Saya sangat menghormati
dan layak diapresiasi untuk seluruh alumnus Amtsilati yang sudah mendirikan
komunitas Amtsilati di daerahnya masing-masing. Ada KERAMAT Jateng, ISIM
Yogjakarta, Fajar Jatim, Iksas Sunda Jabar, Amtsilati Jabodetabek, Amtsilati
Bali, Lombok, Sulawesi dan beragam komunitas Amtsilati lainnya. Itu pun
komunitas Amtsilati bertingkat provinsi, belum lagi saya sebutkan komunitas
Amtsilati yang lebih rinci ke beberapa daerah kabupaten/kota. Bisa dikata,
Amtsilati seperti layaknya NU. Ia tumbuh dari bawah setiap ‘daerah’
(Amtsilati Daerah) bukan karena tuntutan yang menekan dari ‘atas’ (Amtsilati
Pusat). Dan itulah sejatinya pergerakan dalam masyarakat yang lebih maksimal
dan mudah diberikan intruksi yang efisien dan tepat.
Ada beberapa alasan dari
kami menganggap penting berdirinya sebuah organisasi santri alumni Amtsilati
Nasional, diantaranya :
1. Keseragaman visi dan misi
Visi abadi santri
Amtsilati adalah nasihat Abah Yai Taufiqul Hakim kepada seluruh alumni yaitu
untuk terus mensyiarkan Amtsilati seluas-luasnya. Bahkan, dalam suatu forum,
beliau pernah memberi wasiat kepada alumni agar mengajarkan Amtsilati
seminim-minimnya kepada seluruh orang. Apa yang bisa dilakukan untuk terus
mensyiarkan amtsilati seluas-luasnya ? Memang kita akui Amtsilati sukses untuk
sebagian beberapa lembaga pendidikan. Namun masih banyak juga yang
terlunta-lunta dalam mengembangkan Amtsilati di sebagian daerah. Amtsilati
perlu terus diinovasi dan dikreasi sesuai relevansi dengan kondisi saat ini.
Dalam menjembatani dua kesenjangan ini yang dibutuhkan adalah, KONEKSI. Koneksi
hanya bisa terjalin dengan komunikasi dan komunikasi harus diwadahi dalam
sebuah organisasi.
1. Pemberdayaan potensi terintegrasi
Kurang lebih Amtsilati
sudah 14 tahun hadir dan eksis di Nusantara ini. Sudah ribuan santri yang
mempelajari Amtsilati, diwisuda dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Lalu apa yang kurang ? Ya, KONEKSI. Secanggih apapun teknologi, sehebat apapun
media sosial baik Facebook, Twitter, Instagram, dll jika belum ada sebuah
organisasi resmi santri alumni Amtsilati yang menasional tetap saja akan
terbengkalai dan kurang optimal. Ikatan ruhani kita hanya terjangkau dengan
alumni Amtsilati se-daerah saja belum bisa menjangkau se-Indonesia. Kita hanya
akan berdiri masing-masing tanpa memperdulikan Amtsilati daerah lain.
Saya yakin Anda tahu
tentang Jaringan Pesantren Darul Quran binaan Ustadz Yusuf Mansur dengan
gagasan Indonesia Mengaji. Lalu langkah konkritnya apa ? Ust YM dan Tim
menggagas jaringan Ratusan Rumah Tahfidz tersebar di seluruh daerah Indonesia.
Tidak inginkah kalian membangun ratusan bahkan ribuan Rumah Amtsilati tersebar
di Indonesia bahkan dunia. Mungkin jika didengar cita ini hanya imaji saja,
namun saya sendiri yakin kita bisa membangun bersama.
Pemberdayaan potensi masing-masing daerah dari alumni Amtsilati
perlu diintegrasikan (disatukan). Paling tidak kita dapat melihat beberapa
aspek aktifitas dan ruang yang bisa menjadi modal untuk dikembangkan; Pertama, kiprah alumni yang bergerak di dunia
pendidikan (pesantren, sekolah, madrasah, lembaga kursus), Kedua kiprah alumni di ranah ekonomi, Ketiga, kiprah alumni di ranah politik. Keempat, kiprah alumni dalam dunia
sosial-kemasyarakatan (mubalig, aktivis budaya, aktivis sosial, penggiat LSM,
tokoh masyarakat). Kelima,
ruang alumni di bidang pemerintahan (departemen, lembaga tinggi negara,
komisi-komisi negara). Keenam, kiprah dan ruang alumni di ruang profesional (wartawan,
akademisi, profesi khusus).
Saya sendiri belum
terlalu faham secara keseluruhan teman-teman alumni amtsilati lain apakah sudah
berkarir di bidang apa. Apakah mereka bergerak di bidang pendidikan, ekonomi,
profesional, atau pemerintahan. Memang pembahasan ini sepertinya terlalu luas.
Namun kapan lagi kita akan menggagas ide yang besar atau sangat besar seperti
ini.
·
MEMBACA POTENSI ALUMNI
Mari kita bahas analisa
sejauh mana potensi alumni yang bisa “dimainkan” sehingga masing-masing ruang
dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi alumni. Ada beberapa aspek yang
kami ringkas dalam mengamati potensi alumni ini. Kita awali dari salah satu
aspek menarik dan layak diperhatikan yaitu dalam ranah pendidikan.
Membaca dunia pendidikan
sekarang ini sangat menarik, selain karena selalu eksis, dunia pendidikan
adalah dunia pengabdian bahkan dalam ranah tertentu dapat menjadi ruang bisnis
yang sangat prospek. Secara tidak langsung, ini merupakan potensi bagi alumni
pesantren Amtsilati yang selama ini banyak bergerak di wilayah pendidikan,
apalagi sektor pendidikan yang digarap alumni cukup bervariatif.
Ada yang mengelola
pesantren, madrasah, sekolah umum, lembaga kursus, dan lain sebagainya. Tentu
kita juga tidak bisa mengenal satu persatu peran alumni di setiap ruang
pendidikan namun setidaknya kita bisa tahu siapa alumni yang sudah ‘sukses’
mengembangkan karirnya dan siapa yang masih merintis dan kritis. Sehingga ada
sebuah sinergi terpadu yang saling memberikan keuntungan baik motivasi, ruhani,
maupun finansial.
Terjun dan beradaptasi
ke ranah masyarakat yang persoalannya sangat kompleks membutuhkan waktu yang
tidak sedikit. Disinilah peran KONEKSI. Para alumni yang sudah bertahun-tahun
bergelut di ranah pendidikan seharusnya bisa memberikan stimulus dan
pengalamannya kepada para alumni amtsilati Muda yang baru masuk ke bidang kemasyarakatan.
Sehingga para Amtsilati Muda bisa berakselarasi dalam memahami kebutuhan
masyarakat yang ditempatinya lantaran adanya komunikasi yang baik.
Jauh ke depan, para generasi Amtsilati sadar bahwa Metode
Amtsilati saja belum cukup. Diperlukan sebuah ilmu Manajemen Pendidikan
misalnya bagaimana memajukan dan mengembangkan kelembagaan pendidikan, SDM
pendidikan, mengembangkan potensi peserta didik atau santri, pendekatan
pembelajaran ter-update era masa kini seperti apa. Bagaimana memahami kebutuhan antara
masyarakat desa dan kota.
Kita sudah saatnya butuh
data-data berapa alumni Amtsilati, siapa alumni yang pengusaha, pendidik,
aktivis sosial, tokoh, sepenuhnya masih belum bisa teridentifikasi. Kalau
melihat rata-rata, maka ranah pondok pesantren lah yang mendominasi dalam hal
ini, meskipun jaringan pondok pesantren yang dikelola alumni Amtsilati belum
setenar atau sebagus jaringan pondok pesantren yang dikelola oleh alumni
pesantren modern Gontor.
Kita juga belum membahas
aspek ekonomi yang bisa dikembangkan. Aspek ini kita bisa belajar banyak dengan
Ikatan Alumni Sidogiri dengan BMT-nya. Juga pengelolaan Koperasi Pesantren yang
dikembangkan sendiri oleh Sidogiri menjadi Toko Basmalah yang sudah ratusan
tersebar di Indonesia.
Belum lagi kita membahas
potensi percetakan yang dimiliki Pesantren Amtsilati. Bagaimana mengelola bakat
dan minat santri dan alumni dalam bidang jurnalistik, kepenulisan dan lain
sebagainya. Bagi alumni Amtsilati yang sudah memiliki banyak tulisan dan akan
dijadikan buku tidak usah bingung mau diterbitkan dimana, kita memiliki
El-Falah, Percetakan Amtsilati yang sebenarnya terbuka menanti karya-karya
santri untuk diterbitkan.
Belum lagi mereka para
alumni Amtsilati yang menjadi penulis yang sudah mapan bisa melatih
adik-adiknya untuk bersemangat menulis produktif. Makanya saya senang ada
gebrakan progam baru dari Santri Illiyin dengan Seminar Jurnalistiknya, Seminar
Pendidikannya, dan event-event pesantren yang sebelumnya belum pernah ada.
Apalagi santri Illiyin Amtsilati pernah dikunjungi KURMA YAMAN (Santri
Amtsilati yang studi di Yaman) menambah semangat kepada santri Amtsilati.
Sebenarnya embrio-embrio jalinan komunikasi Amtsilati Pusat dengan Amtsilati
daerah sudah mulai muncul. Tinggal bagaimana kita terus memperbaiki dan membangunnya.
Hal-hal seperti itulah
yang semestinya kita perhatikan dan menjadi prioritas bagi seluruh teman-teman
alumni Amtsilati. Kalau alumni-alumni Amtsilati sudah beres dengan persoalan
konsolidasi dan komunikasi maka kita akan terus membangun kualitas masing-masing
peran alumni, saling berbagi peran dan mensinergikannya.
Pada
akhirnya saya akhiri dulu tulisan ini dengan penuh semangat untuk mengawali
hari yang cerah ini tentunya diiringi dengan ngopi atau jika kalian tidak
biasa, bisa juga ngeteh di teras dan bisa sedikit siap-siap kami bisiki namun
tegas bahwa :
“Gagasan Besar, Butuh
Perjuangan Besar Kawan,”