Sabtu, 26 Maret 2016

Durrun Syarif, Kitab Fenomenal yang Membedah Metodologi Praktis Menggubah Syiir



Semenjak menulis Amtsilati, Kiai Taufiqul Hakim semakin produktif membuat karya-karya update tentang kitab-kitab linguistik arab dan kepesantrenan. Ada Aqidati, tafsir Al-Mubarok, mukhtasor Tuhfat Al-Thullab (Pasca Amtsilati) dan ratusan kitab lainnya. Lima tahun terakhir ini, Kiai muda produktif ini juga sering menerbitkan kitab-kitab nadloman yang memuat beragam tema dan diambilkan dari kitab-kitab khas pesantren. Kitab nadloman ini menjadi ringkasan dari tema pembahasan sebuah kitab, ambil saja satu contoh kitab paling laris yakni Kitab Hidayatul Mutaallimin adalah kitab nadlom yang kontennya diambil murni (intisari) dari Kitab Ta’lim Al-Mutaallim. Banyak sudah kitan nadlom yang diterbitkan dan setelah ditelusuri, Kiai yang mendapat gelar S2 Undar (Universitas Darul Ulum) Jombang ini, sampai saat ini sudah menulis sekitar 170-an kitab!
Dari seluruh karya yang ditulis, ada satu kitab yang paling unik dan menarik untuk dikaji dan didalami yaitu Kitab Durrun Syarif (Mutiara Mulia). Kitab ini disebut oleh penulisnya sebagai kitab yang berisi metode praktis tuntunan menjadi Muallif. Sekali lagi, menjadi Muallif! Ternyata dengan modal keilmuan dasar nahwu-sharaf yang cukup, kata Kiai Taufiq, seseorang bisa mempelajari kitab Durrun Syarif sekaligus langsung praktek. Ini adalah sebuah tawaran revolusi pembelajaran pesantren yang luar biasa. Memang kiai taufiq ini selalu tampil dengan tawaran revolusionernya dalam bidang pendidikan pesantren. Semakin lama, selalu saja ada yang baru.

Lebih konkritnya, Durrun Syarif ini adalah sebuah kitab yang menerangkan metodologi membuat syiir atau di kalangan pesantren biasa disebut Ilmu ‘Arudh. Ilmu Arudh adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk mengetahui benar atau tidaknya sebuah wazan syi’ir, dan juga perubahan wazan syi’ir dari beberapa zihaf atau illat. Ilmu arudh bisa dikata adalah satu cabang keilmuan linguistik Bahasa arab yang lumayan rumit. Metode pengajarannya juga bisa dibilang masih tradisional dan minim pembaharuan. Disinilah tawaran Durrun Syarif agar Arudl mudah dipelajari dan mudah diajarkan. Ilmu Arudl ini memiliki 16 pola Bahar (wazan tertentu yang dijadikan pola dalam menggubah syi’ir arab). Namun fokus dalam kitab ini hanya membahas bahar Rajaz, karena bahar ini yang paling banyak ditulis oleh ulama klasik dan paling mudah dihafal.
Selain kitab Durrun Syarif, perangkat pembelajaran lainnya adalah kamus Durrun Syarif terdiri dari Kamus Bahasa Arab, Indonesia, dan Bahasa Lokal seperti sunda, jawa, dan Madura. Kamus ini sangat berbeda dengan kamus pada umumnya. Jika kamus umum digunakan untuk mencari awal huruf, namun kamus DS ini khusus mencari akhir huruf kalimat. Karena menggubah syiir, kesamaan dalam akhir kalimat adalah sebuah keniscayaan. Baik versi Bahasa Arab maupun versi Indonesia, kamus ini mencari akhir huruf yang sama. Maka seorang penulis tidak perlu repot memikirkan huruf-huruf akhir yang sama dari sebuah kalimat untuk menulis syiir baik Bahasa arab maupun indonesianya. Tinggal buka kamus, lalu tentukan huruf akhir yang sesuai selera dan sesuai tema.
Pada awal tahun 2013 lalu, saya sempat mengikuti langsung pelatihan Durrun Syarif ini. Sebuah kebanggaan tersendiri bisa langsung belajar berdua dengan Kiai taufiqul Hakim. Setelah diikuti, pembelajaran ternyata tidak sampai 2 jam ! beliau begitu lugas dan jelas dalam menerangkan isi kitab, tujuan dan latar belakangnya. Sontak saja saya yang menyimak langsung faham dan memiliki mindset baru dalam menulis syiir bahwa menggubah syiir begitu mudah dan praktis. Dengan pelatihan DS yang begitu praktis beserta perangkat kitab DS dan kamus DS yang lengkap, infaq 500 ribu untuk pelatihan ini seperti relatif tidak mahal. Karena dimentori langsung oleh Abah Yai Taufiq sudah menjadi kepuasaan tersendiri.

LATAR BELAKANG
Dalam pengantar kitab DS, Kiai Taufiq menceritakan pengalamannya bahwa ia begitu sulit mempelajari ilmu arudl yang banyak istilah-istilah yang sulit ia pahami. Namun dengan berbekal ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) pada bait Alfiyah, Zubad, dll Kiai Taufiq memberanikan diri untuk membuat syiir-syiir, walaupun awalnya banyak kesalahan. Maka dari pengalaman ATM itulah, kiai Taufiq ingin menularkan kepada santri-santri dan pembaca, metode menulis syiir. Oleh sebab itu, kiai taufiq membuat sendiri istilah-istilah baru dalam Durrun Syarif dengan maksud untuk mempermudah dalam mempelajari.

KONTEN KITAB
Kitab yang berisi 64 halaman ini memiliki 8 bab pembahasan. Diantaranya bab (1) tentang mengenal Syiir/Bait, bab (2) & (3) tentang kunci Rajaz yang membahas detail tentang bagian bait yang terdiri dari Hasywun, Arudl dan Darbun. Kemudian bab (4) membahas mengenai darurat-daruratnya Syiir. Bab (5) mengkaji tentang langkah-langkah dalam praktek menggubah Syiir lalu bab (6) menceritakan tentang sejarah Syiir dan bab terakhir hanya menampilkan 16 bahar secara keseluruhan.
Seperti halnya Amtsilati, Durrun Syarif menekankan kepada contoh yang praktis. Kunci mempelajari kitab ini adalah bagaimana pembaca bisa memiliki pemahaman dasar tentang kunci Rajaz, seperti kemampuan menghafal dan memahami not bahar rajaz yang terdiri dari 6x mustaf’ilun. Seperti yang tertulis dalam kitab DS :
عروض/ ضرب
حشو
حشو
مستفعلن
مستفعلن
مستفعلن

Hasywun pasti terdiri dari 4 suku kata. Suku kata yang ke 3 hanya satu huruf hidup dan suku kata yang ke 4 terdiri dari dua huruf, yang pertama berharokat dan yang kedua dibaca sukun. Perhatikan, ini kunci utama selain kondisi darurat. Itu kunci membuat bagian Hasywun, mengenai kunci Arudl/ Darbun itu pasti terdiri dari 4 suku kata atau 3 suku kata. Jika empat suku kata maka suku kata ketiga berupa satu huruf berharokat dan bila tiga suku kata maka suku kata kedua berupada dua huruf, huruf pertama berharokat dan huruf kedua sukun. Ini semua kunci selain kondisi darurat.
Ketika anda sudah memahami keilmuan dasar ini, maka pembahasan terpenting lainnya adalah anda harus mendalami 4 langkah dalam praktek menggubah syiir yang terdapat dalam bab (5).
Dalam bab ini, pembaca difasilitasi sebuah metodologi bagaimana proses menjadikan sebuah paragraph Bahasa arab diringkas menjadi sebuah syiir. Langkah ini ditempuh dengan 4 tahapan yaitu (1) anda harus menentukan materi yang akan disyiirkan. Tahapan ini bisa anda ambil sebuah paragraph dari satu kitab, kemudian anda fahami dan simpulkan materi yang dipilih kemdian tentukan kata kunci dari kesimpulan yang anda fahami tanpa meninggalkan Bahasa arabnya.
Setelah memiliki kata kunci dari sebuah kesimpulan maka langkah yang lumayan menguras pikiran adalah merangkai dan menyesuaikan kesimpulanmu dengan nada baharnya. Disinilah proses kreatifitas penulis diuji. Pada tahap ini, nahwu-sharaf sangat diperlukan sekali, terutama sharaf karena perubahan kata akan diperlukan untuk menyesuaikan not bahar Rajaz. Proses dalam merangkai syiir ini dijelaskan detail oleh Kiai Taufiq dengan  disertakan 10 contoh bagaimana proses membuat syiir dari sebuah keterangan sebuah kitab.

Tidak hanya sekedar janji, para santri Pasca Amtsilati sudah memberikan bukti. Kelas Durrun Syarif di bawah asuhan Ustadz Arinal Haq sudah menelurkan karya-karya nadham yang ditulis para santri Pasca. Jika melihat intensitas pertemuan kelas DS untuk para santri Pasca Amtsilati sampai bisa menulis sebuah syiir adalah sebuah prestasi dan menjadi wajar karena dipantau terus oleh para asatidz Pasca Amtsilati namun ada satu kekurangan mengenai pembelajaran Durrun Syarif  untuk santri dari luar Amtsilati yang hanya mengikuti kelas DS ini secara kilatan. Selama pantauan kami, kelas DS ini untuk santri dari luar belum ada kontrol langsung dari pihak Amtsilati Jepara meskipun sekedar mengingatkan agar para peserta kelas DS bisa sungguh-sungguh menulis sebuah kitab sampai diterbitkan di Al-Falah Offset Amtsilati Jepara.
Bahkan, mengenai kelas DS, menurut pandangan kami, tidak sekedar pemberian materi dan metodologi dari kitab DS selama dua jam tetapi ditambah karantina selama satu bulan bagi santri DS yang dari luar Amtsilati. Di dalam karantina itu, santri DS menentukan sebuah kitab yang akan disyiirkan dan fokus menggubah syiir sampai layak diterbitkan dan disebarkan kepada khalayak umum. Bukankah sebuah keberhasilan pembelajaran tidak sekedar mengubah mindset pembelajarnya berkata ‘oh ternyata mudah’ tetapi keberhasilan ditentukan sampai ia bisa berkata ‘oh ternyata saya bisa’ sebagai sebuah bukti dengan menulis syiir yang cerdas dan tuntas. Ulasan ini kami akhiri dengan sebuah syiir motivasi menulis dari Kiai Taufiq – bisa anda baca dengan not rajaz – yaitu :
Memulai tak harus sempurna dulu       –       Ingin sempurna maka mulai dulu
Mungkin sepertinya tidak lengkap jika hanya membaca ulasan singkat Durrun Syarif ini. Namun setidaknya, semoga tulisan ini membuat anda lebih bersemangat dan termotivasi untuk belajar langsung kitab Durrun Syarif ini di Pesantren Darul Falah Amtsilati Jepara. Setidaknya juga, ulasan ini menjadi sebuah bukti bahwa menjadi Muallif (dengan jalan menulis syiir) not impossible but possible, sangat mungkin !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar