Semenjak menulis Amtsilati, Kiai
Taufiqul Hakim semakin produktif membuat karya-karya update tentang kitab-kitab
linguistik arab dan kepesantrenan. Ada Aqidati, tafsir Al-Mubarok, mukhtasor Tuhfat
Al-Thullab (Pasca Amtsilati) dan ratusan kitab lainnya. Lima tahun terakhir
ini, Kiai muda produktif ini juga sering menerbitkan kitab-kitab nadloman yang
memuat beragam tema dan diambilkan dari kitab-kitab khas pesantren. Kitab
nadloman ini menjadi ringkasan dari tema pembahasan sebuah kitab, ambil saja
satu contoh kitab paling laris yakni Kitab Hidayatul Mutaallimin adalah kitab
nadlom yang kontennya diambil murni (intisari) dari Kitab Ta’lim Al-Mutaallim.
Banyak sudah kitan nadlom yang diterbitkan dan setelah ditelusuri, Kiai yang
mendapat gelar S2 Undar (Universitas Darul Ulum) Jombang ini, sampai saat ini
sudah menulis sekitar 170-an kitab!
Dari seluruh karya yang ditulis, ada
satu kitab yang paling unik dan menarik untuk dikaji dan didalami yaitu Kitab
Durrun Syarif (Mutiara Mulia). Kitab ini disebut oleh penulisnya sebagai kitab
yang berisi metode praktis tuntunan menjadi Muallif. Sekali lagi, menjadi
Muallif! Ternyata dengan modal keilmuan dasar nahwu-sharaf yang cukup, kata
Kiai Taufiq, seseorang bisa mempelajari kitab Durrun Syarif sekaligus langsung
praktek. Ini adalah sebuah tawaran revolusi pembelajaran pesantren yang luar
biasa. Memang kiai taufiq ini selalu tampil dengan tawaran revolusionernya
dalam bidang pendidikan pesantren. Semakin lama, selalu saja ada yang baru.
Lebih
konkritnya, Durrun Syarif ini adalah sebuah kitab yang menerangkan metodologi
membuat syiir atau di kalangan pesantren biasa disebut Ilmu ‘Arudh. Ilmu Arudh adalah
sebuah ilmu yang digunakan untuk mengetahui benar atau tidaknya sebuah wazan
syi’ir, dan juga perubahan wazan syi’ir dari beberapa zihaf atau illat. Ilmu
arudh bisa dikata adalah satu cabang keilmuan linguistik Bahasa arab yang
lumayan rumit. Metode pengajarannya juga bisa dibilang masih tradisional dan
minim pembaharuan. Disinilah tawaran Durrun Syarif agar Arudl mudah dipelajari
dan mudah diajarkan. Ilmu Arudl ini memiliki 16 pola Bahar (wazan
tertentu yang dijadikan pola dalam menggubah syi’ir arab). Namun fokus dalam
kitab ini hanya membahas bahar Rajaz, karena bahar ini yang paling banyak
ditulis oleh ulama klasik dan paling mudah dihafal.
Selain kitab Durrun Syarif,
perangkat pembelajaran lainnya adalah kamus Durrun Syarif terdiri dari Kamus Bahasa
Arab, Indonesia, dan Bahasa Lokal seperti sunda, jawa, dan Madura. Kamus ini
sangat berbeda dengan kamus pada umumnya. Jika kamus umum digunakan untuk
mencari awal huruf, namun kamus DS ini khusus mencari akhir huruf kalimat.
Karena menggubah syiir, kesamaan dalam akhir kalimat adalah sebuah keniscayaan.
Baik versi Bahasa Arab maupun versi Indonesia, kamus ini mencari akhir huruf
yang sama. Maka seorang penulis tidak perlu repot memikirkan huruf-huruf akhir
yang sama dari sebuah kalimat untuk menulis syiir baik Bahasa arab maupun
indonesianya. Tinggal buka kamus, lalu tentukan huruf akhir yang sesuai selera
dan sesuai tema.
Pada awal tahun 2013 lalu, saya
sempat mengikuti langsung pelatihan Durrun Syarif ini. Sebuah kebanggaan
tersendiri bisa langsung belajar berdua dengan Kiai taufiqul Hakim. Setelah
diikuti, pembelajaran ternyata tidak sampai 2 jam ! beliau begitu lugas dan
jelas dalam menerangkan isi kitab, tujuan dan latar belakangnya. Sontak saja
saya yang menyimak langsung faham dan memiliki mindset baru dalam menulis syiir
bahwa menggubah syiir begitu mudah dan praktis. Dengan pelatihan DS yang begitu
praktis beserta perangkat kitab DS dan kamus DS yang lengkap, infaq 500 ribu
untuk pelatihan ini seperti relatif tidak mahal. Karena dimentori langsung oleh
Abah Yai Taufiq sudah menjadi kepuasaan tersendiri.
LATAR BELAKANG
Dalam pengantar kitab DS, Kiai
Taufiq menceritakan pengalamannya bahwa ia begitu sulit mempelajari ilmu arudl
yang banyak istilah-istilah yang sulit ia pahami. Namun dengan berbekal ATM
(Amati, Tiru, Modifikasi) pada bait Alfiyah, Zubad, dll Kiai Taufiq
memberanikan diri untuk membuat syiir-syiir, walaupun awalnya banyak kesalahan.
Maka dari pengalaman ATM itulah, kiai Taufiq ingin menularkan kepada
santri-santri dan pembaca, metode menulis syiir. Oleh sebab itu, kiai taufiq
membuat sendiri istilah-istilah baru dalam Durrun Syarif dengan maksud untuk
mempermudah dalam mempelajari.
KONTEN KITAB
Kitab yang berisi 64 halaman ini
memiliki 8 bab pembahasan. Diantaranya bab (1) tentang mengenal Syiir/Bait, bab
(2) & (3) tentang kunci Rajaz yang membahas detail tentang bagian bait yang
terdiri dari Hasywun, Arudl dan Darbun. Kemudian bab (4) membahas
mengenai darurat-daruratnya Syiir. Bab (5) mengkaji tentang langkah-langkah
dalam praktek menggubah Syiir lalu bab (6) menceritakan tentang sejarah Syiir
dan bab terakhir hanya menampilkan 16 bahar secara keseluruhan.
Seperti halnya Amtsilati, Durrun
Syarif menekankan kepada contoh yang praktis. Kunci mempelajari kitab ini
adalah bagaimana pembaca bisa memiliki pemahaman dasar tentang kunci Rajaz,
seperti kemampuan menghafal dan memahami not bahar rajaz yang terdiri dari 6x
mustaf’ilun. Seperti yang tertulis dalam kitab DS :
عروض/ ضرب
|
حشو
|
حشو
|
مستفعلن
|
مستفعلن
|
مستفعلن
|
Ketika anda sudah memahami keilmuan
dasar ini, maka pembahasan terpenting lainnya adalah anda harus mendalami 4
langkah dalam praktek menggubah syiir yang terdapat dalam bab (5).
Dalam bab ini, pembaca difasilitasi
sebuah metodologi bagaimana proses menjadikan sebuah paragraph Bahasa arab
diringkas menjadi sebuah syiir. Langkah ini ditempuh dengan 4 tahapan yaitu (1)
anda harus menentukan materi yang akan disyiirkan. Tahapan ini bisa anda ambil
sebuah paragraph dari satu kitab, kemudian anda fahami dan simpulkan materi
yang dipilih kemdian tentukan kata kunci dari kesimpulan yang anda fahami tanpa
meninggalkan Bahasa arabnya.
Setelah memiliki kata kunci dari
sebuah kesimpulan maka langkah yang lumayan menguras pikiran adalah merangkai
dan menyesuaikan kesimpulanmu dengan nada baharnya. Disinilah proses
kreatifitas penulis diuji. Pada tahap ini, nahwu-sharaf sangat diperlukan
sekali, terutama sharaf karena perubahan kata akan diperlukan untuk menyesuaikan
not bahar Rajaz. Proses dalam merangkai syiir ini dijelaskan detail oleh Kiai
Taufiq dengan disertakan 10 contoh bagaimana proses membuat syiir dari
sebuah keterangan sebuah kitab.
Tidak hanya sekedar janji, para
santri Pasca Amtsilati sudah memberikan bukti. Kelas Durrun Syarif di bawah
asuhan Ustadz Arinal Haq sudah menelurkan karya-karya nadham yang ditulis para
santri Pasca. Jika melihat intensitas pertemuan kelas DS untuk para santri
Pasca Amtsilati sampai bisa menulis sebuah syiir adalah sebuah prestasi dan
menjadi wajar karena dipantau terus oleh para asatidz Pasca Amtsilati namun ada
satu kekurangan mengenai pembelajaran Durrun Syarif untuk santri dari
luar Amtsilati yang hanya mengikuti kelas DS ini secara kilatan. Selama
pantauan kami, kelas DS ini untuk santri dari luar belum ada kontrol langsung
dari pihak Amtsilati Jepara meskipun sekedar mengingatkan agar para peserta
kelas DS bisa sungguh-sungguh menulis sebuah kitab sampai diterbitkan di
Al-Falah Offset Amtsilati Jepara.
Bahkan, mengenai kelas DS, menurut
pandangan kami, tidak sekedar pemberian materi dan metodologi dari kitab DS
selama dua jam tetapi ditambah karantina selama satu bulan bagi santri DS yang
dari luar Amtsilati. Di dalam karantina itu, santri DS menentukan sebuah kitab yang
akan disyiirkan dan fokus menggubah syiir sampai layak diterbitkan dan
disebarkan kepada khalayak umum. Bukankah sebuah keberhasilan pembelajaran
tidak sekedar mengubah mindset pembelajarnya berkata ‘oh ternyata mudah’ tetapi
keberhasilan ditentukan sampai ia bisa berkata ‘oh ternyata saya bisa’ sebagai
sebuah bukti dengan menulis syiir yang cerdas dan tuntas. Ulasan ini kami
akhiri dengan sebuah syiir motivasi menulis dari Kiai Taufiq – bisa anda baca
dengan not rajaz – yaitu :
Memulai tak harus sempurna dulu
– Ingin sempurna maka mulai dulu
Mungkin sepertinya tidak lengkap
jika hanya membaca ulasan singkat Durrun Syarif ini. Namun setidaknya, semoga
tulisan ini membuat anda lebih bersemangat dan termotivasi untuk belajar
langsung kitab Durrun Syarif ini di Pesantren Darul Falah Amtsilati Jepara.
Setidaknya juga, ulasan ini menjadi sebuah bukti bahwa menjadi Muallif (dengan
jalan menulis syiir) not impossible but possible, sangat mungkin !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar